Kisah Taubatnya Malik Bin Dinar - Tentunya dalam kisah Kisah Taubatnya Malik Bin Dinar yang luar biasa perlu kita jadikan cambuk bagi kita dalam meningkatkan keimanan kita kepada Alloh.

Maka dalam kesempatan kali ini Wahidiyahdemak.com mengupas tentang Kisah Taubatnya Malik Bin Dinar semoga bisa menjadikan tambah meningkatnya iman kita kepada Alloh dan juga tambah cintanya pada kekasih-Nya. Baca JugaMahabbah Ali Bin Abi Thalib Rodliyallohu 'Anhu


Malik bin Dinar adalah seorang laki-laki yang sangat tampan, gemar bersenang-senang, dan memiliki harta kekayaan yang melimpah, Beliau Malik Bin Dinar tinggal di Damaskus.

Kisah Taubatnya Malik Bin Dinar
Kisah Taubatnya Malik Bin Dinar
Pada waktu itu, Kaum dari Mu’awiyah telah selesai membangun Masjid yang besar dan megah. Malik ingin sekali diangkat menjadi takmir masjid tersebut, karena pada waktu itu, menjadi takmir merupakan kedudukan yang sangat terpandang.

Pergilah Malik ke masjid itu, di pojok masjid, dibentangkannya sajadah dan disitulah selama setahun ia melakukan ibadah tanpa ikhlas Lillah. Ia berharap agar setiap orang yang melihatnya sedang melakukan sholat dengan khusu’ dengan tujuan agar dirinya diangkat menjadi ta’mir masjid.

Setahun telah berlalu, apabila hari telah malam, Malik pergi ke luar masjid untuk bersenang-senang. “Alangkah munafiknya aku ini !” ia mencerca dirinya sendiri.

Pada suatu malam, ketika sedang mengikuti/menikmati musik, sedangkan teman-temannya telah tertidur. Tiba-tiba dari kecapi yang sedang dimainkannya terdengar suara : 

“Hai, Malik mengapa engkau belum juga bertaubat ?” 

Mendengar kata-kata yang sangat menggetarkan hatinya ini, malik segera melempar-kan kecapinya dan berlari menuju masjid.

“Selama setahun penuh aku menyembah Alloh dengan cara munafik dan tidak ikhlas  Lillah” ia  berkata  pada dirinya   sendiri. 

“Bukankah lebih baik jika aku menyembah Alloh dengan sepenuh hati? Aku malu, apa yang harus aku lakukan? Seandainya orang-orang hendak mengangkatku menjadi takmir masjid, aku tidak akan menerimanya” ia bertekat hendak melakukan sholat dengan khusuk kepada Alloh. Pada malam itulah untuk pertama kalinya ia sholat dengan penuh keikhlasan. Baca Juga: Kisah Keislaman Dan Kesederhanaan Sayyidini Umar Bin Khottab RA

Keesokan harinya, seperti biasa orang-orang berkumpul di depan masjid, “Hai, lihatlah dinding masjid telah rusak rusak” mereka berseru, “kita harus mengangkat takmir untuk memperbaiki masjid ini” kata mereka. 

Setelah berunding, mereka sepakat bahwa yang pantas untuk menjadi takmir adalah Malik. Mereka segera mendatangi Malik, ketika itu ia sedang melaksanakan sholat. 

Dengan sabar mereka menunggu Malik menyelesaikan sholatnya. Karena khusuk dalam sholatnya, malik tidak tahu kalau ia ditunggu oleh banyak orang. Begitu malik selesai, mereka berkata, “Kami datang untuk memintamu agar engkau sudi menerima pengangkatan kami ini”

“Yaa Alloh” seru malik karena terkejut, “Setahun penuh aku menyembah-MU dengan tidak ikhlas Lillah dan tidak seorangpun yang memandang diriku. Kini, setelah kuberikan jiwaku kepada-MU dan bertekat untuk tidak menginginkan pengangkatan diriku, Engkau malah menyuruh 20 orang menghadapku untuk mengalungkan tugas takmir kepadaku. Demi kebesaran-MU, aku tidak menginginkan pengangkatan ini atas diriku”

Beberapa hari kemudian, Malik meninggalkan masjid itu untuk menyibukkan diri beribadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Ia menjalani hidup prihatin dan penuh disiplin. Ia menjadi seorang yang terhormat dan sholeh.

Pada suatu hari malik menumpang sebuah perahu. Ketika sampai ditengah lautan, para awak perahu itu meminta uang, “Bayarlah ongkos perjalananmu” “Aku tidak mempunyai uang,” jawab Malik. 

Para awak perahu itu memukulinya hingga ia pingsan. Ketika Malik siuman, awak perahu memintanya lagi, “Bayarlah ongkos perjalanan ini” “Aku tidak mempunyai uang,” jawab Malik, dan untuk kedua kalinya ia dipukuli hingga pingsan.

Ketika Malik siuman kembali, para awak perahu itu mendesak lagi agar Malik mengeluarkan uang, “Hai dengar ! kau harus membayar ongkos perjalananmu!” “Aku tidak mempunyai uang !”

Pelaut-pelaut itu tidak bisa menahan kesabarannya lagi, dengan geram mereka  pegang kedua kaki Malik dan bermaksud melempar-kannya ke laut.

Dalam keadaan kritis itu, tiba-tiba secara aneh semua ikan di laut mendongakkan kepala mereka kepermukaan air laut dan masing-masing membawa dua keping dinar (uang emas) di mulutnya. 

Malik menjulurkan tangannya, dari mulut seekor ikan diambilnya dua keping uang emas dan uang itu diberikan kepada awak perahu itu. Melihat kejadian yang mendebarkan hati itu, para awak perahu segera berlutut. Malik tidak peduli, dengan tenang ia berjalan di atas laut meninggalkan perahu. Sejak itulah ia dinamakan Malik bin Dinar.

Para Pembaca yang budiman, jika kita akan melakukan atau mengerjakan segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan masyarakat maupun yang berhubungan dengan Allah Subhanahu Wata'ala wa Rosulihi Shollallohu 'alaihi Wasallam, kita harus benar-benar niat beribadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala. 

Janganlah ibadah kita, seperti tidur, makan, minum, bersekolah, bermujahadah, sholat, dan lain-lain itu terdorong oleh keinginan-keinginan atau imbalan berupa apapun, tetapi lalukanlah dengan ikhlas karena Allah Subhanahu Wata'ala, semata serta menjalankannya merasa mendapatkan pertolongan Allah Subhanahu Wata'ala, agar tidak timbul perasaan atau pengakuan diri bahwa kita dapat menjalankan ibadah itu sendiri, sebab akan menimbulkan sifat ujub, riya’, takabur, dan sebagainya.

Sifat-sifat seperti, ujub, riya’, dan takabur itu akan merusak nilai-nilai ibadah sehingga ibadah kita ditolak, tidak diterima Allah Subhanahu Wata'ala. Jangankan mendapat paha-la, diterima saja tidak, bahkan di akhirat kelak akan dijadikan siksa untuk menyiksa orang yang berbuat amal/ibadah tersebut.

Mari kita koreksi keikhlasan diri kita masing-masing, dan mari kita tingkatkan keikhlasan kita yang lebih mulus dan murni karena Allah Subhanahu Wata'ala,  Lillahi Ta’ala.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama