Cerita Tambalan Baju Putra Amiril Mukminin Sayyidina Umar bin Khottob RA - Pada Zaman yang serba kecukupan bagi para Pemimpin Sekarang, tentunya dengan bisa mengunakan dengan sebaik-baik mungkin dan memperbanyak bersyukur.

Dalam kesempatan kali ini Wahidiyahdemak.com berusaha menceritakan kepada para pembaca setia tentang ambalan Baju Putra Amiril Mukminin Sayyidina Umar bin Khottob RA semoga bisa menjadikan meningkatnya bersyukur kita kepada Alloh Shubhanahu Wa Ta'ala. Baca Juga : Cerita Tangis Umar Bin Abdul Aziz

Cerita Tambalan Baju Putra Amiril Mukminin Sayyidina Umar bin Khottob RA
Cerita Tambalan Baju Putra Amiril Mukminin Sayyidina Umar bin Khottob RA

Diriwayatkan bahwa, suatu hari putra Sayyidina Umar bin Khottob Rodliyalloohu'anhuma, tiba di rumah seraya menangis, Ia ditanya oleh ayahnya: 

“Apa yang menyebabkan engkau menangis, putraku” Putranya menjawab sambil terisak-isak, “Kawan-kawan-ku di madrasah mengolok-olokku". Mereka menghitung-hitung tambalan yang ada dipakaianku, dan sebagian berkata : 

“Lihatlah putra Amirul Mukmi-nin, pakaiannya penuh dengan tambalan”

Terdorong oleh kasih sayang terhadap putranya, Umar bin Khottob mengirim surat kepada bendahara negara minta supaya dihutangi uang empat dinar dari kas baitul maal yang akan dikembalikannya bulan depan dengan memotong gajinya.

Bendahara negara segera mengirim balasan surat kepada Amirul Mukminin yang berisi : 

“Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau berani memastikan bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan, sedang nasibmu besok saja engkau belum tahu ? Bagaimana kalau sampai terjadi engkau mati sebelum melunasi hutang-mu pada Baitul Maal, apa yang hendak engkau perbuat ?”

Setelah membaca surat dari bendahara negara tersebut, menangislah Sayyidina Umar, kemudian berkata pada putranya : 

“Kembalilah ke madrasah wahai putraku ! Aku tidak berani menyanggupimu, karena aku tidak mempunyai kepastian tentang rohku walaupun hanya sedetikpun”

para Pembaca setia, Alhamdulillah hirobbil ‘alamin, kita ini hanyalah manusia biasa yang tidak mempuyai kekayaan berlimpah, bahkan tidak mempunyai pang-kat dan derajat apapun namun masih dikaruniai oleh Allah Subhanahu Wata'ala bisa makan, minum, bah-kan beli pakaian bagus sekalipun hanya satu tahun sekali. Baca Juga : Rizki Pemberian Allah Shubhanahu Wa Ta'ala

Oleh sebab itu kita harus bersyukur atau ber-terima kasih atas segala nikmat pemberian Allah Sub-hanahu Wata'ala sekalipun kita belum dapat menyukuri nikmat secara keseluruhan.

Disamping kita bersyukur kepada Alloh, kita juga harus bersyukur kepada manusia yang menjadi lantaran/sebab datangnya ni’mat. 

Misalnya ; bersyukur kepada orang tua dengan mengucapkan terima kasih (matus nuwun), jangan membuat kesal hatinya, selalu mendo’akan mereka terutama sehabis sholat dan saat bermujahadah, rajin bermujahadah, dan melatih diri untuk menerapkan ajaran Lillah-Billah, Lirrosul-Bir-rosul, Lilghouts-Bilghouts, dan seterusnya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama