Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan, “In het verleden ligh het heden, in het nu wat worden zal”. Artinya: keadaan sekarang dibentuk oleh keadaan yang lampau, dan keadaan yang akan mendatang ditentukan oleh keadaan sekarang. Dengan kata lain, “Syubanul yaum Rijaalul qhod”. Pemuda / remaja di masa sekarang ini pemimpin di masa depan.
               
Ungkapan ini begitu masyhur kedengarannya, dan memang terwujud di alam nyata ini. Bahkan ada lagi sebuah ungkapan lain: “Inna fii Yadhis Syubban Amrol Ummati wafii Aqdamihim Hayaataha”. Sesungguhnya hanya di tangan dan langkah para pemuda dan remaja urusan dan hidupnya ummat masyarakat. Artinya baik dan buruk suatu umat atau bangsa di masa datang, sangat ditentukan oleh baik dan buruknya pemuda atau remaja di masa kini.

            Dengan ungkapan-ungkapan diatas, berarti seorang pemuda atau remaja merupakan sumber potensi yang dapat menicptakan keadaan yang lebih baik di masa mendatang melalui karya dan potensi intelektualnya dalam membangun suatu peradapan masyarakat atau bangsa. Sebaliknya dengan dekadensi moral dan lenyapnya iman yang melanda pemuda atau remaja di masa kini, adalah sebagai sumber potensi yang akan dapat menghancurkan dan menistakan keadaan umat masyarakat dimasa datang.

            Kalau kita boleh meramalkan, tentunya keadaan ummat dan masyarakat di masa yang akan datang sudah dapat kita baca dan tentukan mulai sekarang. Bagaiamana keadaan Sepuluh tahun, lima belas tahun dan dua puluh tahun lagi ummat masyarakat bangsa dan negara kita….? Jawabannya sangat mudah. Tidak membutuhkan ramalan seorang paranormal dan dukun yang hebat. Yaitu cukup dengan melihat keadaan remaja atau pemuda yang hidup dimasa sekarang ini. Karena eksistensi remaja dan pemuda sekarang ini merupakan jawaban yang rasional untuk menentukan warna dan corak kehidupan masyarakt di masa yang akan datang. Apabila kita menyaksikan kehidupan remaja dan pemuda yang tidak lain sebagai anak-anak bangsa, telah teraktualisai pada wujud nilai positif akan daya dan kemampuan yang dimiliki dengan dilandasi nilai-nilai intelektual, akhlak, budaya yang tercermin dari nilai moralitas bangsa yang berketuhanan, maka kita sudah dapat memastikan bahwa bangsa dan negara kita dimasa datang akan tampak sebagai bangsa yang religius, maju dan beradab. Tapi sebaliknya, apabila keadaan remaja dan pemuda di masa kini sebagai remaja dan pemuda yang tidak bermoral dan berakhlak mulia, maka kejayaan dan keluruhan bangsa dan negara kita akan hancur. Seorang Sastrawan mengatakan, “Kejayaan bangsa dan negara itu ditentukan oleh keluhuran akhlak. Apabila telah hilang akhlaknya, maka runtuhlah kejayaan bangsa itu”.
               
Masa muda atau remaja hanyalah merupakan satu estape dari beberapa estape kehidupan yang harus dilalui. Tetapi pada masa muda atau remaja itulah sebenarnya merupakan masa yang paling ideal untuk beraktifitas. Dr. Kartono Muhamad menggambarkan generasi muda sebagai generasi yang terasing, sebab pada umumnya mereka masih mencari pelarian untuk tempat kreativitas.
           
Pelarian generasi muda akan menjurus pada dua arah, yaitu arah positif dan negatif. Jika arahnya ke positif, mereka akan memanfaatkan potensinya kepada perilaku konstrukfit, seperti ikut peduli terhadap masa depan masyarakat. Tetapi jika arahnya negatif, maka mereka akan terjebak dalam dunia hitam sebagai generasi yang tidak bermoral.
           
Gejala generasi yang tidak bermoral bukan saja dalam bentuk ungkapan yang menggambarkan keputusasaan, penderitaan, kehancuran, dan ketidakberdayaan, tetapi juga bisa tampak pada wujud lain, seperti rasa curiga, pesimisme, kebencian dan kemarahan serta kecemasan. Reaksi generasi muda yang tidak bermoral dapat bermacam-macam. Pertama ketidakpatuhan terhadap aturan sosial dan muncul dalam perilaku kriminal. Kedua, salah penyesuaian dalam mencari aktualisasi dengan\diri dalam pergaulan. Ketiga, penolakan terhadap nilai-nilai budaya yang berlaku. Keempat, pemberontakan idiologi maupun politis yang dapat tampil dalam bentuk radikalisme, agitasi, civil disobedience (menolak mematuhi peraturan pemerintah), terorisme, atau menciptakan idiologi (aliran dan madzab baru). Lima , “Acting out” yang dapat berupa perilaku penyimpangan seksual, homoseksualitas, penghancuran diri dan melarikan diri ke narkoba dan alkohol.
           
            Pada dasarnya setiap orang pernah mengalami transisi perubahan yang dipaksakan oleh alam, yaitu bermula ketika ia dilahirkan dan terlepas dari rahim ibunya. Setiap peristiwa perubahan yang terjadi di sekitar seseorang dan menghadapkan orang itu kepada situasi yang baru sama sekali, maka sebenarnya dapat menjadi sumber timbulnya pembentukan jati diri. Maka disinilah letak perso’alan yang menjadikan satandart dan barometer dalam menentukan peranan semua pihak, terutama orang tua dalam membina dan mendidik anak-anaknya menjadi generasi muda yang penuh potensi positif –diharapkan- sebagai pemegang  kelanjutan estafet perjuangan yang belum selesai dari suatu ummat atau bangsa ini. Karena itu wajar jika setiap bangsa dan ummat di dunia ini adalah menitik beratkan pembinaan generasi muda. Tidak terkecuali, perjuangan kesadaran fafirru Ilalloh wa Rosulihi Shollalloohu 'alaihi wasallam dalam ikut membangun ummat dan msyarakat, juga menempatkan pemuda atau remaja sebagai bagian dari pembinaan melalui wadah yang disebut “Badan pembina Remaja Wahidiyah”. wadah atau badan ini diharapkan mampu membentuk remaja atau pemuda sebagai remaja atau pemuda yang berkwalitas lahir batin, sebagai laskar-laskar pejuang kesadaran yang penuh kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai insan manusia hamba Alloh.

Pembinaan kaum remaja dam pemuda yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya “badan Pembina Remaja Wahidiyah” adalah berpijak pada sebuah cita-cita besar Beliau Muallif Sholawat Wahidiyah, yang ingin mencetak “Wali yang intelektual dan intelektual yang wali”. Artinya, mencetak kader-kader yang profesional dan berkwalitas lahir batin. Batinnya penuh dengan kesadaran dan kema’rifatan kepada Alloh wa Rosulihi Shollalloohu 'alaihi wasallam, lahirnya mampu menguasai berbagai disiplin ilmu, sebagaimana ungkapan bijak dari seorang tokoh dan Ulama besar Syeh Imam Al Gholayin : “Demi Alloh, hidup dan manfaatnya remaja atau pemuda itu hanya dengan ilmu dan ketaqwaan. Apabila keduanya tidak didapatkan pada diri remaja, maka keberadaan remaja itu tidak ada guna dan mafaatnya”.

            Akhirnya semua keputusan ada ditangan kita semua. Ikhtiar merupakan bagian yang wajib kita laksanakan, karena Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum, apabila kaum itu tidak merubah dirinya (melalui usaha, ikhtiar dan doa).

Selamat berjuang dan memperjungkan keselamatan…!

Post a Comment

أحدث أقدم